Jatuh cinta dengan sosiologi

 Kalo diperhatikan dari postingan gue sebelumnya, kayanya gue gapernah jago bikin opening dan ending. Tapi karena resolusi gue kedepannya akan aktif lagi di blog ini, gue juga harus bisa belajar dong untuk membuat tulisan yang baik dan benar.

Opening...

Apa ya?

Mungkin postingan kali ini nyambung sama dua postingan yang udah gue tulis beberapa tahun lalu tentang kuliah. Akan gue rangkum sebagian agar tulisan ini terstruktur.

1. PTN oh PTN (wrjhr.blogspot.com), postingan ini gue unggah tahun 2014 ketika SMA kelas 2 atau 3. Ada masa temen-temen mulai membicarakan tentang kuliah dimana dan jurusan apa. Dalam memilih kampus, gue gak terlalu peduli sih yang penting jurusannya sesuai minat gue apa enggak. Gue pengen banget dulu masuk Fakultas Ekonomi dan Fakultas Ilmu Sosial Politik. Gue berkutat pada dua pilihan itu.

2. Merantau, Mendoan, dan IPK (wrjhr.blogspot.com), postingan ini menceritakan kalo gue akhirnya diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di Purwokerto, Unjedir alias Unsoed. Cerita detailnya bisa klik link tersebut, tapi kurang lebih gue semacam mentok harus pilih jurusan apa di SBMPTN lalu asal main tembak aja pilih sosiologi. Padahal sosiologi pas waktu SMA itu ilmu abstrak yang isinya teori semua, gue juga gak pernah ada bayangan belajar apa ya nanti di kuliah?

Saat semester awal isi mata kuliahnya masih yang umum-umum. Mengulas balik pelajaran yang udah pernah gue dapet waktu SMA cuma dibahas lebih mendalam tentang tokoh-tokohnya. Awalnya masih ngerasa "gampang" karena udah pernah belajar sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, mulai nyemplung ke teori sosiologi yang sebenarnya. Mulai kenalan sama founding fathersnya sosiologi seperti Auguste Comte, Emile Durkheim, Max Weber, Karl Marx, dan masih banyak lagi.

Setelah itu gue tersadar bahwa ini ilmu keren ajib. Semua aspek kehidupan bisa diteorikan dan dibahas oleh sosiologi. Sesempit hubungan antar keluarga sampai negara semua bisa dibahas. Gue makin ngerasa nggak sia-sia dulu gue asal pilih. Banyak banget teori yang selama ini bahkan permasalahannya sering banget kita hadapi dan ternyata ada di sosiologi seperti konsep diri, konsep front stage dan back stage, bahkan definisi fakta sosial yang kelihatannya sekaku itu ternyata seluruh aspek kehidupan yang kita alami dapat didefinisikan dari fakta sosial itu sendiri.

Untuk memahami sosiologi sendiri, bukti konkretnya tinggal ke luar rumah dan liat lingkungan sosial sekitar. Bagaimana interaksi antar tetangga, bagaimana pola konsumsi suatu masyarakat dapat berdampak kepada budaya masyarakat setempat. Gue inget banget salah satu dosen gue pernah mencontohkan fenomena sosiologi bisa dilihat dari isi tempat sampah rumah tangga. Apakah tempat sampahnya isinya box-box barang bermerk atau bukan sehingga dapat ditelaah lebih jauh mengenai pola konsumsi rumah tangga yang mungkin bisa berdampak juga tentang status sosialnya dan perilaku anggota rumah tangga tersebut gimana di masyarakat.

Gue mulai ngerasain jatuh cinta sama ilmu ini lebih tepatnya setelah KKN alias Kuliah Kerja Nguli, nggak deng, Kuliah Kerja Nyata. Sebenernya beberapa kali pernah ada tugas untuk turun langsung ke lapangan ketemu banyak masyarakat, cuma karena nggak tinggal bareng masyarakat mungkin feel nya jadi kurang. Saat KKN ini gue satu kelompok dengan temen-temen yang asyik semua dan alhamdulillah warganya juga ramah semua menyenangkan. Hampir 36 atau 37 hari di tempat KKN, gue belajar banyak banget mulai dari interaksi sosial yang sebenarnya di desa seperti apa. Beda banget tentunya sama di daerah perkotaan yang cenderung individualis. Waktu KKN berasa pulang ke rumah mbah karena suasananya masih akrab banget antar masyarakat dan juga gotong royongnya masih sangat tinggi. Pernah ada kejadian temen gue motornya ketinggalan dan nggak ilang, malah diselamatkan dibawa ke balai desa. Kejujuran masyarakatnya juga masih sangat tinggi, tau mana yang hak dan bukan hak. Belum pernah nemu sih kasusnya kalau di perkotaan ada motor yang ditinggal lalu nggak tahu pemiliknya terus cerita selanjutnya gimana.

Jatuh cinta sama sosiologi jadi merubah pola pikir dalam segala aspek mulai dari interaksi terhadap orang lain, pentingnya kesetaraan hak dan kewajiban sebagai laki-laki dan perempuan, etika berpendapat berdasarkan data dan fakta empiris, dan yang terpenting ketika menyampaikan pendapat lalu disanggah dengan pendapat lain yang lebih real ya nggak boleh baper. Selama pendapatnya memang berdasarkan fakta empiris ya. 

Gue sekarang jadi bisa menjawab pertanyaan beberapa tahun lalu, "sosiologi mau jadi apa?", karena jawabannya adalah bisa jadi apapun! Serius. Sosiologi sebanding sama ilmu-ilmu lain karena permulaan sosiologi sendiri adalah turunan dari ilmu alam, yang akhirnya disebut ilmu fisika sosial. Penyelesaian masalahnya juga pake metode-metode eksakta. Sosiologi belajar semua aspek kehidupan mulai dari politik, agama, ekonomi, budaya, hukum, lingkungan, sampai keluarga.

Oke ending.

Sekarang gue bingung endingnya kayak gimana.

Konklusinya, dengan ketidaksengajaan gue ini malah berdampak pada perubahan pola pikir gue kedepan. Ilmu sosiologi ini ajaib banget. Banyak orang awam yang nggak ngerti belajar teori dan cara membumikan teori ke dalam kehidupan sehari-hari seperti apa sehingga ilmu sosiologi ini seringkali dianggap "apaan sih mau jadi apa". Padahal sejatinya ilmu ini keren banget kalau memang mau menyelam lebih dalam dan nggak cuma lihat dari luarnya yang memang terkesan kaku cuma belajar teori.

Postingan populer dari blog ini

Boom Shakalaka Week

[Lyrics] F.I.X - Please Don't Say English Translation