Don't Judge a Book by Its Cover
Don't Judge a Book by It's Cover.
Gue menemukan kata - kata itu di salah satu talk show yang biasanya acaranya sering ngasih kata - kata bijak atau kata - kata mutiara gitu. Gue juga gak tau siapa yang pertama kali mencetuskan kalimat tersebut tapi hari itu ketika gue menemukan kata-kata itu, gue nanya ke Sehun.
"Hun, tau artinya gak?"
Terus kata Sehun di sebelah gue, "itu artinya jangan menilai buku dari covernya aja, tapi lo juga muthti baca buku itu" dan setelah Sehun ngomong gitu, guru gue tiba-tiba dateng dan bilang, "SEHUN! Jawaban kamu kurang tepat, Ibu kasih nilai 76 pas KKM! Siapa lagi yang mau melengkapi jawaban Sehun?"
Tiba - tiba Kris yang ngerti bahasa inggris dateng dan menjelaskan makna kalimat itu, "Saya Kris, Bu. Nomor absen 6. Arti dari kalimat itu tuh jadi buku dijadikan sebuah simbol yang bermakna orang/individu. Jadi seseorang jangan menilai dari luarnya aja, tapi harus liat dari sisi - sisi yang lain seperti kehidupannya, lingkungannya dan masa lalunya, Bu"
Tiba - tiba guru itu bilang, "BRAVO KRIS! Kamu cerdas sekali! Ibu kasih nilai 90 karena jawaban kamu sangat tepat!"
Dari situ, gue temenan sama Kris dan mengabaikan Sehun.
/ini sebenernya apaan sih/
Nah bener kata Kris.
Biasanya seseorang itu gampang banget ngejudge orang lain dari apa yang dia lihat dan juga dia dengar. Entah dari dirinya sendiri atau sumber-sumber yang dapat memberinya sebuah sugesti positif atau negatif.
Pada dasarnya manusia emang egois. Punya nafsu dan merasa paling bener gak mau kalah. Manusia sering banget merasa benar walau tindakannya salah. Nah dari situ sebenarnya kalau kita gali lagi, ada beberapa faktor kenapa orang-orang yang selalu menganggap dirinya benar padahal salah itu berperilaku seperti itu.
Tentu aja lingkungan keluarganya faktor pertama. Bagaimana Ayah dan Ibunya atau orang terdekatnya memberi pelajaran moral yang sesuai sama nilai dan norma di masyarakat. Tapi bukan berarti anaknya salah, orang tuanya juga salah ngedidik.
Soalnya ada kasus temen gue pernah dikatain, "pasti orang tuanya gagal ngedidik, anaknya bejat kaya gitu" kasus itu terjadi di RPW. Anggap aja anaknya namanya A dan yang ngatain bernama B. Tapi gak segampang itu nyalahin cara orang tua yang gagal mendidik anak. Mungkin aja, orang tuanya udah mati-matian ngedidik tapi kalau kelakuan si A bejat ya tetep aja bejat.
Selanjutnya faktor yang mempengaruhi itu dari lingkungan dimana dia sering berada. Misal dari kasus tadi, kalau si A bejat pasti gak mungkin bejat gitu aja. Ada yang mempengaruhi dia untuk berperilaku jadi orang bejat. Mungkin aja si A ini bergaul di tempat yang salah jadi perilakunya juga ikut kebawa.
Tapi mungkin kalau ada orang yang bilang bahwa perilaku A ini salah, si A pasti bakal ga ngerasa bahwa dia itu salah.
Semacam kayak Anas Urbaningrum yang jelas-jelas dia itu berpengaruh besar di kasus hambalang dan dia 'makan' duit banyak, tapi dia gak pernah ngerasa dirinya korupsi. Itu harus lebih digali lagi pemirsah.
Dan gara-gara Sehun gue tinggalin, dia bilang gini,
"sebelum lo nilai orang lain, coba lo ngaca dulu. Apa diri lo udah bener sampe bisa nilai orang?
Ibaratnya tuh kesalahan ada di kepala bagian belakang. Nah lo bisa liat kepala bagian belakang orang kan, tapi lo gak bisa liat kepala bagian belakang lo sendiri kan?
Jadi artinya semacam LEBIH GAMPANG NYARI KESALAHAN ORANG TAPI SULIT UNTUK NYARI KESALAHAN SENDIRI.
Dasar kehidupan, coy.
Tiap orang pasti punya salah karena manusia itu gak ada yang sempurna. Jangan sok sempurna karena di atas lo masih ada langit dan akhir-akhirnya yang sempurna cuma Tuhan!
Inget kata-kata gue aja yang ini. Percaya sama gue tentang hal ini.
Biasanya orang yang teraniaya pasti bakal lebih kuat dan sukses daripada yang menganiaya. Kenapa? Karena dia nelen semua pil pahit kehidupan yang diberikan orang-orang. Syukur kalau orang tersebut bisa bangkit. Tapi kalau enggak, orang itu bakal mati karena minimnya usaha untuk jadi lebih baik.
Gue Oh Sehun. Sekian"
Itu pelajaran hari ini. Terima kasih Sehun. Gue cinta sama lo Sehun. Aduh. Nih gue kasih foto aegyo Sehun.
Gue menemukan kata - kata itu di salah satu talk show yang biasanya acaranya sering ngasih kata - kata bijak atau kata - kata mutiara gitu. Gue juga gak tau siapa yang pertama kali mencetuskan kalimat tersebut tapi hari itu ketika gue menemukan kata-kata itu, gue nanya ke Sehun.
"Hun, tau artinya gak?"
Terus kata Sehun di sebelah gue, "itu artinya jangan menilai buku dari covernya aja, tapi lo juga muthti baca buku itu" dan setelah Sehun ngomong gitu, guru gue tiba-tiba dateng dan bilang, "SEHUN! Jawaban kamu kurang tepat, Ibu kasih nilai 76 pas KKM! Siapa lagi yang mau melengkapi jawaban Sehun?"
Tiba - tiba Kris yang ngerti bahasa inggris dateng dan menjelaskan makna kalimat itu, "Saya Kris, Bu. Nomor absen 6. Arti dari kalimat itu tuh jadi buku dijadikan sebuah simbol yang bermakna orang/individu. Jadi seseorang jangan menilai dari luarnya aja, tapi harus liat dari sisi - sisi yang lain seperti kehidupannya, lingkungannya dan masa lalunya, Bu"
Tiba - tiba guru itu bilang, "BRAVO KRIS! Kamu cerdas sekali! Ibu kasih nilai 90 karena jawaban kamu sangat tepat!"
Dari situ, gue temenan sama Kris dan mengabaikan Sehun.
/ini sebenernya apaan sih/
Nah bener kata Kris.
Biasanya seseorang itu gampang banget ngejudge orang lain dari apa yang dia lihat dan juga dia dengar. Entah dari dirinya sendiri atau sumber-sumber yang dapat memberinya sebuah sugesti positif atau negatif.
Pada dasarnya manusia emang egois. Punya nafsu dan merasa paling bener gak mau kalah. Manusia sering banget merasa benar walau tindakannya salah. Nah dari situ sebenarnya kalau kita gali lagi, ada beberapa faktor kenapa orang-orang yang selalu menganggap dirinya benar padahal salah itu berperilaku seperti itu.
Tentu aja lingkungan keluarganya faktor pertama. Bagaimana Ayah dan Ibunya atau orang terdekatnya memberi pelajaran moral yang sesuai sama nilai dan norma di masyarakat. Tapi bukan berarti anaknya salah, orang tuanya juga salah ngedidik.
Soalnya ada kasus temen gue pernah dikatain, "pasti orang tuanya gagal ngedidik, anaknya bejat kaya gitu" kasus itu terjadi di RPW. Anggap aja anaknya namanya A dan yang ngatain bernama B. Tapi gak segampang itu nyalahin cara orang tua yang gagal mendidik anak. Mungkin aja, orang tuanya udah mati-matian ngedidik tapi kalau kelakuan si A bejat ya tetep aja bejat.
Selanjutnya faktor yang mempengaruhi itu dari lingkungan dimana dia sering berada. Misal dari kasus tadi, kalau si A bejat pasti gak mungkin bejat gitu aja. Ada yang mempengaruhi dia untuk berperilaku jadi orang bejat. Mungkin aja si A ini bergaul di tempat yang salah jadi perilakunya juga ikut kebawa.
Tapi mungkin kalau ada orang yang bilang bahwa perilaku A ini salah, si A pasti bakal ga ngerasa bahwa dia itu salah.
Semacam kayak Anas Urbaningrum yang jelas-jelas dia itu berpengaruh besar di kasus hambalang dan dia 'makan' duit banyak, tapi dia gak pernah ngerasa dirinya korupsi. Itu harus lebih digali lagi pemirsah.
Dan gara-gara Sehun gue tinggalin, dia bilang gini,
"sebelum lo nilai orang lain, coba lo ngaca dulu. Apa diri lo udah bener sampe bisa nilai orang?
Ibaratnya tuh kesalahan ada di kepala bagian belakang. Nah lo bisa liat kepala bagian belakang orang kan, tapi lo gak bisa liat kepala bagian belakang lo sendiri kan?
Jadi artinya semacam LEBIH GAMPANG NYARI KESALAHAN ORANG TAPI SULIT UNTUK NYARI KESALAHAN SENDIRI.
Dasar kehidupan, coy.
Tiap orang pasti punya salah karena manusia itu gak ada yang sempurna. Jangan sok sempurna karena di atas lo masih ada langit dan akhir-akhirnya yang sempurna cuma Tuhan!
Inget kata-kata gue aja yang ini. Percaya sama gue tentang hal ini.
Biasanya orang yang teraniaya pasti bakal lebih kuat dan sukses daripada yang menganiaya. Kenapa? Karena dia nelen semua pil pahit kehidupan yang diberikan orang-orang. Syukur kalau orang tersebut bisa bangkit. Tapi kalau enggak, orang itu bakal mati karena minimnya usaha untuk jadi lebih baik.
Gue Oh Sehun. Sekian"
Itu pelajaran hari ini. Terima kasih Sehun. Gue cinta sama lo Sehun. Aduh. Nih gue kasih foto aegyo Sehun.
